Kicau Tawa; berbalut lirih sedih
Mengeja hari tanpa sepasi
Duhai pemili Kuasa
Masihkah ada takdir tanpa sepi
Langit menghitam
Hampir paksakan mata teteskan hujan
Sendu; gambar nasib dipangkal pagi
Gerbong tawa tak lagi mengangkut ceria
Hanya ada kalimat “maunya bagaimana”
Generasi, paksa mekar tuk selalu bersemi
Sekalipun matahari pagi tak lama menyinari
cahaya…, silahkan kau kais sendiri
Dan serantang nasi silahkan kau cari di warung sepi
Tutup matamu
rapat-rapat
Selangkah lagi kereta
akan terhenti,
Ucap sosok sufi disudut gerbong pada skoci
Sembari mengusap sepasang tongkat yang setiap
saat bias jadi dayung dan payung
Dua, tiga, hingga lebih banyak langkah lagi kereta tak terhenti
Ada apa ini…, jerit keras nan polos lahir dari goresan lisan skoci
Ini sendu, ini miris, ini manipulasi dan disini berbaris nista seperti
rambu
Nyali, tekad untuk mampu pegang kuat tongkat
Hingga mendayung langkah sampai titik hampir tak terang lagi
Banyumas, 13 Februari 2017
AM. Alkasuba
Tidak ada komentar:
Posting Komentar