13 Februari, 2017

GERBONG SENDU

Kicau Tawa; berbalut lirih sedih
Mengeja hari tanpa sepasi
Duhai pemili Kuasa
Masihkah ada takdir tanpa sepi

Langit menghitam
Hampir paksakan mata teteskan hujan
Sendu; gambar nasib dipangkal pagi
Gerbong tawa tak lagi mengangkut ceria
Hanya ada kalimat “maunya bagaimana”

Generasi, paksa mekar tuk selalu bersemi
Sekalipun matahari pagi tak lama menyinari
cahaya…, silahkan kau kais sendiri
Dan serantang nasi silahkan kau cari di warung sepi

            Tutup matamu rapat-rapat
            Selangkah lagi kereta akan terhenti,
Ucap sosok sufi disudut gerbong pada skoci
Sembari mengusap sepasang tongkat yang setiap saat bias jadi dayung dan payung

Dua, tiga, hingga lebih banyak langkah lagi kereta tak terhenti
Ada apa ini…, jerit keras nan polos lahir dari goresan lisan skoci
Ini sendu, ini miris, ini manipulasi dan disini berbaris nista seperti rambu
Nyali, tekad untuk mampu pegang kuat tongkat
Hingga mendayung langkah sampai titik hampir tak terang lagi

Banyumas, 13 Februari 2017
AM. Alkasuba